
Peritonitis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan, dll
Doktersehat.com — Penyakit peritonitis adalah peradangan pada peritoneum. Peritoneum adalah lapisan tipis pelindung dinding perut dan sebagian besar organ perut. Ketahui gejala, penyebab, pengobatan, dll.
Apa Itu Peritonitis?
Peritonitis adalah infeksi atau peradangan pada peritoneum. Peritoneum adalah lapisan tipis jaringan yang bertekstur seperti sutra untuk melapisi dinding perut bagian dalam. Peritoneum ini juga berfungsi sebagai pelindung dari organ-organ yang ada di dalam perut.
Umumnya disebabkan oleh cedera perut, infeksi bakteri, atau infeksi jamur. Perawatan penyakit ini biasanya dengan penggunaan antibiotik intravena atau pembedahan dalam kondisi yang lebih patah. Bila dibiarkan, penyakit ini dapat mengancam jiwa.
Gejala Peritonitis
Gejalanya berbeda-beda pada setiap orang tergantung pada penyebab dan kondisi medis lain yang mendasarinya. Berikut ini beberapa gejala peritonitis yang paling umum:
- Mual dan muntah
- Demam
- Diare
- Kelelahan
- Cepat haus
- Output urine rendah
- Kelelahan
- Tidak nafsu makan
- Sulit buang air besar
- Sulit kentut
- Perut kembung
- Sakit perut yang intens
- Nyeri perut saat bergerak atau disentuh
- Sembelit
Apabila Anda melakukan pemeriksaan dialisis peritoneum, maka hasilnya adalah cairan dialisis berwarna keruh dengan flek putih. Gejala yang lebih parah mungkin terjadi tergantung pada tingkat peradangan pada peritoneum.
Kapan Harus ke Dokter?
Apabila Anda tidak segera berobat ke dokter, penyakit peritonitis akan berbahaya bagi tubuh Anda. Segera hubungi dokter apabila Anda merasakan beberapa gejala berikut ini:
- Perut terasa lunak
- Merasakan sakit perut yang semakin parah
- Buang air kecil sedikit
- Tidak bisa buang air besar
Dokter akan memeriksa cairan dialisis Anda. Cairan dialisis adalah campuran mineral dan gula yang dilarutkan dalam air lalu dialiri ke dalam perut Anda menggunakan kateter. Hasil dari cairan dialisis ini akan menjadi indikator apakah Anda mengalami peradangan peritoneum.
Penyebab Peritonitis
Penyebab paling umum adalah infeksi bakteri atau infeksi jamur. Peradangan pada peritoneum juga mungkin terjadi akibat komplikasi dari kondisi medis yang sudah Anda miliki, seperti:
- Komplikasi operasi gastrointestinal.
- Paracentesis, efek samping dari prosedur untuk menarik cairan dari perut atau penggunaan tabung makanan.
- Komplikasi kolonoskopi atau endoskopi.
- Komplikasi dari cedera perut.
- Komplikasi usus buntu.
- Komplikasi sirosis hati.
- Komplikasi radang panggul.
- Komplikasi penyakit usus lainnya.
- Komplikasi penyakit Crohn.
- Infeksi pada kantong empedu, usus, atau aliran darah.
- Efek samping dari pembedahan seperti perawatan untuk gagal ginjal.
Penyebab peritonitis lainnya meliputi:
- Efek samping dari dialisis peritoneum menggunakan kateter untuk mengeluarkan limbah dari darah karena fungsi ginjal terganggu.
- Adanya apendiks yang pecah, seperti pada kasus tukak lambung dan usus berlubang. Kondisi ini dapat terjadi karena bakteri.
- Pankreatitis, peradangan pada pankreas yang kemudian juga bisa menginfeksi peritoneum.
- Divertikulitis, infeksi pada saluran kecil di saluran pencernaan.
Penyakit ini juga dapat berkembang karena penumpukan cairan di rongga perut, sehingga bakteri jadi lebih mudah masuk. Kondisi medis lain yang mendasarinya seperti komplikasi penyakit hati juga dapat memicu peradangan di jaringan pelindung perut.
Faktor Risiko Peritonitis
Apabila Anda pernah menderita peritonitis sebelumnya, maka risiko untuk mengalaminya lagi lebih tinggi dari mereka yang belum pernah menderita peradangan peritoneum ini. Riwayat medis lainnya seperti sirosis juga meningkatkan risiko penyakit ini.
Diagnosis Peritonitis
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan riwayat medis. Dokter akan memeriksa perut Anda juga, bila mengalami gejala tertentu maka pemeriksaan lebih lanjut diperlukan.
Berikut ini adalah diagnosis peritonitis:
- Tes Darah: Complete blood count (CBC) atau pemeriksaan darah lengkap dibutuhkan untuk mengukur jumlah sel darah putih. Pemeriksaan ini dapat dijadikan indikator bila adanya peradangan atau infeksi.
- Analisis Cairan: Dokter akan mengambil sampel cairan dari perut Anda untuk membantu identifikasi infeksi bakteri.
- CT Scan dan Sinar-X: Pemeriksaan untuk mengetahui kondisi peritoneum Anda lebih detail.
Pemeriksaan tambahan lainnya mungkin dibutuhkan, seperti dengan cairan dialisis. Apabila hasil dari cairan dialisis keruh, maka itu menunjukkan gejala penyakit ini.
Jenis Peritonitis
- Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP): Peritonitis spontan akibat infeksi cairan di rongga peritoneum atau perforasi (pecah) di perut.
- Peritonitis Sekunder: Peradangan pada peritoneum akibat infeksi tertentu yang sudah menyebar dari saluran pencernaan.
Setelah melakukan diagnosis, dokter akan memberi penjelasan tentang jenis apa yang Anda derita. Dokter juga akan memberi saran perawatan dan pengobatan yang terbaik untuk Anda.
Pengobatan Peritonitis
Cara mengobati penyakit peritonitis adalah mengetahui terlebih dulu penyebabnya. Kondisi yang didasari infeksi bakteri, biasanya diobati dengan antibiotik atau obat antinyeri. Apabila Anda mengalami jenis peritonitis sekunder atau akibat dari kondisi medis lain yang mendasarinya, maka Anda harus dirawat di rumah sakit.
Berikut ini perawatan yang paling direkomendasikan:
- Antibiotik: Antibiotik intravena (IV) atau cairan suntik digunakan untuk mencegah infeksi menyebar. Dosis dan durasi antibiotik ini digunakan sesuai usia, tingkat keparahan penyakit, dan kondisi medis lainnya.
- Pembedahan: Operasi bedah juga dibutuhkan dalam kondisi peradangan peradangan peritoneum yang lebih parah. Pembedahan dilakukan untuk mengangkat jaringan yang terinfeksi agar tidak menyebar. Biasanya, pembedahan dilakukan pada kondisi akibat usus buntu.
- Perawatan Medis Lainnya: Perawatan lainnya dengan obat pereda nyeri, cairan intravena (IV), transfusi darah, dan oksigen tambahan di beberapa kasus.
Bila infeksi berlanjut, dokter mungkin akan menyarankan prosedur lainnya. Perawatan harus segera dilakukan sebelum memicu komplikasi serius.
Komplikasi Peritonitis
Apabila tidak segera diobati, kondisinya akan memburuk dan menyebabkan:
- Infeksi aliran darah (bakteremia).
- Infeksi di seluruh tubuh Anda (sepsis).
- Sindrom hepatorenal, gagal ginjal progresif.
- Usus mati.
- Syok septik.
- Penyumbatan usus.
- Ensefalopati hepatik, kondisi ketika hati tidak dapat mengeluarkan zat beracun dan otak tidak dapat berfungsi maksimal karena paparan racun dari darah tersebut.
Pencegahan Peritonitis
Umumnya, peradangan peritoneum terjadi akibat efek samping dari dialisis peritoneum. Dialisis peritoneum adalah proses pembuangan limbah dan zat beracun tubuh menggunakan kateter. Apabila Anda sedang menerima dialisis peritoneal, perhatikan beberapa tips mencegah peritonitis berikut ini:
- Cuci tangan sampai bersih sebelum menyentuh dan menggunakan kateter.
- Bersihkan kulit dengan antiseptik.
- Gunakan masker bedah selama prosedur dialisis peritoneum.
Konsultasi dengan dokter apabila Anda mengalami kondisi medis terkait penumpukan cairan di perut. Bicarakan pada dokter Anda tentang perawatan terbaik terkait kateter dialisis peritoneum agar tidak memicu komplikasi lainnya.
Sumber : Doktersehat.com