
Pengobatan Islam, Mutiara Yang Terlupakan
Oleh : Nursiami Rahmat Prihantoro M.HAJJAM
Sungguh kalau kita perhatikan masyarakat sekarang ini sangat terpukau dengan metode pengobatan medis yang di gerakan barat. Kita senang dengan kemajuan dunia medis. Namun, sensi ajaran Islam jangan dibuang ketika kita kenal kedokteran medis tersebut. Kita mungkin tidak bahwa kalau canggihnya pengobatan kedokteran medis mereka ada kelemahannya juga, termasukmisi dibaliknya, seperti untuk memperlemah semangat umat Islam dalam mempelajari ajaran kesehatan Islam dan pengamalannya. Sebagai contoh :
Pertama,adanya pelarangan makan daging kambing oleh dunia kedokteran medis barat menjadi semakin memperjelas misi mereka itu,kenapa daging kambing yang halal dilarang untuk dikonsumsi oleh sebagian orang, terutama yang menderita gangguan kesehatan pada kepala? Tidakah yang memicu itu sebenarnya bukan dagingnya,namun geram yang terlalu banyak dikonsumsi saat masak dengan daging kambing tersebut? Kenapa garam sebagai sang pemicu (biang keladi) tekanan darah tinggi justru menimpakan sasarannya pada daging kambing?
Kaidah kesehatan mengatakan bahwa ketika orang menderita tekanan darah,maka orang harus mencegahnya untuk mengonsumsi makanan yang banyak mengandung garam bagi yang tinggi tekanannya dan menyedikitkan garam bagi yang menderita tekanan darah rendah.
Kedua,adanya bukti sebagian umat Islam yang kurang mengenal etika cebok setelah kencing dan kencing sambil jongkok. Justru kencing sambil jongkok yang paling ideal. Karena posisi seperti itu bisa menekan kotoran yang akan keluar secara maksimal. Namun dalam kenyataan, banyak saudara kita yang mungkin tidak tahu atau karena keadaan memakai celana panjang kemudian dijadikan alasan untuk kencing berdiri. Padahal sunnah Rasul menganjurkan untuk kencing jongkok.
Ketiga,adanya bukti pada sebagian umat Islam yang hanya mencintai sebagian ajarannya saja dan kurang menyukai sebagian lainnya. Sungguh hal itu merupakan sikap yang kurang terpuji dan kita harus menjauhi sikap seperti itu. Apakah tepat jika kita tidak tahu ilmunya, kemudian kita menyalahkan sunah Rasul atau praktik dari pemahaman suatu ayat dilakukan orang lain?
Apakah pada tempatnya jika ada hadits terkait pengobatan Islam dengan bekam,doa,dan herbal serta kita tidak tahu atau belum tahu, kemudian kita menyalahkan praktik pemahamannya yang terjadi di sekitar kita? Seharusnya sikap yang bijak yang kita perlihatkan kepada sesama mukmin, jika terjadi perbedaan ilmu dan pemahaman, adalah saling ta’aruf, tafahum, ta’awun, dan takaful? Kenal saja belum, kenapa kita mudah menyalahkan orang lain?
Namun, bagaimana yang terjadi di lapangan,ada sebagian saudara kita yang salah paham dalam memahami ajaran Islam dan pengamalannya. Yang baik dikatakan salah dan yang salah dikatakan baik. Naudzubillah, kita tidak bisa memaksakan pendapat kita kepada orang lain. Sebaliknya orang lain juga tidak bisa memaksakan pendapatnya kepada kita. Kita hanyalah umat nabi yang memiliki kewajiban, tak lebih dan tidak kurang seperti apa yang telah nabi lakukan, yaitu memberi peringatan demi peringatan tuhan yang bermanfaat kepada orang lain. Persoalan hidayah adalah urusan-Nya.
Persoalan orang belum mau mengikuti kebenaran,kita ingatkan terus dan kita doakan saja semoga tuhan membukakan pintu hidayah kepada mereka. Kita harus fokus pada persoalan. Kalau permasalahannya belum tahu, kita harus membuka diri untuk tahu dengan bertanya kepada orang yang tahu. Inilah sikap simpatik, arif, dan bijaksana yang perlu dikembangkan di tengah masyarakat.
Bekam,doa,dan herbal itu bukan agama walaupun mereka itu bagian dari ajaran agama. Artinya,bagian agama itu banyak ragamnya dan klita harus mengimani semuanya satu demi satu, bertahap atau berproses. Suka atau tidak, kalau hal itu ajaran Allah dan Rasul-Nya, kita harus mengimani dan meaksanakan sesuai dengan kemampuan kita masing-masing.
Agama tidak hanya soal akidah. Namun juga syariah, dengan kata lain, agama Islam itu tidak hanya syariah, namun juga meliputi ajaran akidah. Semua kehidupan di dunia ini terjadi atas izin-Nya, sementara tuhan ada atau terjadi dengan sendirinya. Islam tidak hanya rukun iman dan rukun Islam. Masih ada ajaran wahyu yang perlu kita pahami dan kita amalkan.
Namun, kita juga harus memahami bahawa perbedaan pasti akan ada dalam pemahaman syariah. Akidah biasanya sama, namun pemahaman syariah bisa beda dari praktik yang berdasarkan akidah. Kenapa hal ini bisa terjadi, karena cakupan ilmu itu luas, dan tiap manusia tidak memiliki ilmu yang sama dalam kajian ilmunya.
Kalau setiap orang merujuk pada akidah dan ilmu sebagai tolok ukurnya dalam menjalani kehidupannya sehari-harinya, maka alangkah nikmatnya. Banyak ajaran agama yang bisa dipelajari dan diamalkan, jika kita hidup berdasarkan pada akidah dan ilmu, termasuk yang terkait dengan masalah kesehatan,kita selama ini kurang perhatian dengan masalah yang satu ini.
Yups,…sudah saatnya PENGOBATAN ISLAM /NABI menjadi solusi cerdas ditengah stagnasi permasalahan kesehatan masyarakat yang kian sulit teratasi.